Rabu, 19 Maret 2008

Tuhan....

“Tuhan..

aku tidak mencari bintang, tapi ijinkan aku menjadi api yang selalu bisa membuat lentera itu menjadi berarti..

ketika aku adalah api, dan tak ada tempat untuk aku bertahan menyalakan diri..

aku merasa lebih mempunyai arti ketika aku berada dalam lentera itu..

biarkanlah lentera itu menjagaku, supaya aku bisa memberinya cahaya lebih banyak, dan kami tidak berjalan dalam redup…

kini kupahami makna “segala sesuatu indah pada waktunya”, ku yakini hari ini Tuhan sebagai waktunya, dan seseorang itu adalah sesuatu yang indah itu, terimakasih untuk kesempatan ini, terimakasih aku boleh menyentuh hatinya, dan kutitipkan hatiku padanya…

amien”

Senyummu Merekah seiring mentari memanaskan hari
Sapamu membuatku selalu tenang
Tatap matamu membuatku tegar
Dan barisan kata indahmu menjadi penuntunku

JIka Hari berganti malam
Tak pernah surut kehangatan kasihmu
Terus tersenyum menyemangatiku
Mendesirkan kekuatan dihamparan hidupku

Pagi itu aku tebarkan bunga untuk kepergianmu
Berdiri mematung
Mengharap dunia berbaik hati
Membangunkanmu untuk kembali
Bersamaku meniti hari kedepan
Masih kulihat senyum dibibirmu

Tak ada lagi rangkaian kata-kata disaat aku terpuruk sedih
Tak ada lagi tatapan mata yang menyejukkanku
Hanya segores raut wajah yang masih tersisa disini
Tersimpan di Lubuk hatiku
Dengan seulas senyum yang selalu membuatku rindu

Kukirimkan doa untukmu
Biarkan doaku menerangi jalanmu
Tak pernah kubiarkan kau tersesat didalam gelap
Karena ku senandungkan pengharapan untukmu
Selamat jalan papaku
Doamu dan restumu selalu mengiringi langkahku

cinta sejati

Cinta adalah rasa yang akan mendera kala duka
tak kuasa memiliki.....
Cinta tercipta dengan anggun dengan
sentuhan Tuhan di dalamnya
Penuh warna, mempermainkan rasa, kemelut
dan auramu....

Jika kau mencintai seseorang dengan ikhlas...
mengiringi langkahnya dengan doamu....
merasakan sedih dan bahagia bersama....
dan tanpa ragu tetap berada disisinya hingga akhir hayatmu....
maka bersorak dan bersyukurlah karena kamu telah mendapatkan....

CINTA SEJATI

dalam persahabatan

Dalam persahabatan
Tentu ada cerita
Yang membuat persahabatan itu indah
Cerita lama dalam persahabatan
Akan selalu mengiringi hidup
Dan membuat persahabatan itu
Punya arti tersendiri dalam hati setiap orang

Membuat cerita yang baru dalam persahabatan
Akan selalu ada tantangan
Entah itu sedih..
Entah bahagia
tawa canda..
selalu dan selalu ada hal yang menarik

Tapi
Apakah kau tahu?
Tantanganlah
Yang membuat cerita itu
Indah untuk diingat

Cerita yang indah tuk diingat
Pasti kan selalu terkenang
Di dalam hati kamu

Persahabatan yang indah
Dimulai dari persahabatan kta
yang selalu ada suka dan duka
Suka dan duka itu
Selalu terbagi
Hingga tak ada beban di hati lagi

Kelemahan terbesar dalam persahabatan
Adalah keegoisan dalam diri
Sifat itu bisa kita ibaratkan
sebagai batu yang sangat besar
Batu itu bisa kita hancurkan
Dengan rasa persahabatan kita yang abadi..

Percaya Pada Cinta

selalu kurindukan dirimu
di setiap detik waktu hidupku
waktu yang berjalan begitu cepat
takkan menghapus rasa cintaku padamu

slalu kuingat saat-saat itu
candamu
tawamu
senyummu
yang slalu kuingat dan takkan pernah terlupa

tapi kini
dirimu seakan-akan ingin menjauh dariku
aku tak tahu harus berbuat pa

aku hanya ingin kau tahu
aku slalu terkenang saat-saat kita bersama
bersama dalam berbagi rasa suka dan duka
menemaniku di kala sedih
menemaniku disaat aku bahagia

dirimu kina
seperti sudah tak percaya pada cinta
aku tahu cinta itu tak sempurna
tapi aku juga tahu
cinta itu bisa sempurna
jika kita saling mengerti
dan kita juga saling percaya

Terima Kasih

terima kasih, cinta...
atas indah yang kau berikan
atas bahagia yang kau hadirkan
tanpa pernah menghitung balasan

terima kasih, cinta...
atas perhatian yang kau suguhkan
atas damai yang kau persembahkan
tanpa pernah takut kekurangan

terima kasih, cinta...
atas masa untuk selalu bersama
atas tekad untuk selalu mencinta
atas asa untuk saling setia

terima kasih...
telah menjadi bagian terbesar dalam hidupku
dan lukiskan indah saling mencinta
serta tebarkan damai saling berbagi

Enam Batu Ujian Cinta

Bagaimana kami tahu bahwa cinta kami cukup dalam untuk menghantar kami
ke
arah berdampingan seumur hidup, menuju kepada kesetiaan yang sempurna?
Bagaimana kami dapat yakin bahwa cinta kami ini cukup matang untuk
diikat
sumpah nikah serta janji untuk berdampingan seumur hidup sampai maut
memisahkan?

Pertama, Ujian untuk merasakan sesuatu bersama.

Cinta sejati ingin merasakan bersama, memberi, mengulurkan tangan.Cinta
sejati memikirkan pihak yang lainnya, bukan memikirkan diri sendiri.
Jika
kalian membaca sesuatu, pernahkah kalian berpikir, aku ingin membagi
ini bersama sahabatku? Jika kalian merencanakan sesuatu,adakah kalian hanya
berpikir tentang apa yang ingin kalian lakukan, ataukah apa yang akan
menyenangkan pihak lain? Sebagaimana Herman Oeser, seorang penulis
Jerman
pernah mengatakan, "Mereka yang ingin bahagia sendiri,janganlah kawin.
Karena yang penting dalam perkawinan ialah membuat pihak yang lain
bahagia.
- mereka yang ingin dimengerti pihak yang lain, janganlah kawin. Karena
yang penting di sini ialah mengerti pasangannya." Maka batu ujian yang
pertama ialah: "Apakah kita bisa sama-sama merasakan sesuatu? Apakah
aku

ingin menjadi bahagia atau membuat pihak yang lain bahagia?"

Kedua, Ujian kekuatan.

Saya pernah menerima surat dari seorang yang jatuh cinta, tapi sedang
risau
hatinya. Dia pernah membaca entah di mana, bahwa berat badan seseorang
akan
berkurang kalau orang itu betul-betul jatuh cinta. Meskipun dia sendiri
mencurahkan segala perasaan cintanya, dia tidak kehilangan berat
badannya
dan inilah yang merisaukan hatinya. Memang benar, bahwa pengalaman
cinta itu juga bisa mempengaruhi keadaan jasmani. Tapi dalam jangka panjang
cinta
sejati tidak akan menghilangkan kekuatan kalian; bahkan sebaliknya akan
memberikan kekuatan dan tenaga baru pada kalian. Cinta akan memenuhi
kalian
dengan kegembiraan serta membuat kalian kreaktif, dan ingin
menghasilkan

lebih banyak lagi. Batu ujian kedua: "Apakah cinta kita memberi
kekuatan

baru dan memenuhi kita dengan tenaga kreaktif, ataukah cinta kita
justru
menghilangkan kekuatan dan tenaga kita?"

Ketiga, Ujian penghargaan.


Cinta sejati berarti juga menjunjung tinggi pihak yang lain. Seorang
gadis
mungkin mengagumi seorang jejaka, ketika ia melihatnya bermain bola dan
mencetak banyak gol. Tapi jika ia bertanya pada diri sendiri, "apakah
aku
mengingini dia sebagai ayah dari anak-anakku?", jawabnya sering sekali
menjadi negatif. Seorang pemuda mungkin mengagumi seorang gadis, yang
dilihatnya sedang berdansa. Tapi sewaktu ia bertanya pada diri sendiri,
"apakah aku mengingini dia sebagai ibu dari anak-anakku?", gadis tadi
mungkin akan berubah dalam pandangannya. Pertanyaannya ialah: "Apakah
kita
benar-benar sudah punya penghargaan yang tinggi satu kepada yang
lainnya?
Apa aku bangga atas pasanganku?"

Keempat, Ujian kebiasaan.

Pada suatu hari seorang gadis Eropa yang sudah bertunangan datang pada
saya. Dia sangat risau, "Aku sangat mencintai tunanganku," katanya,
"tapi
aku tak tahan caranya dia makan apel." Gelak tawa penuh pengertian
memenuhi
ruangan. "Cinta menerima orang lain bersama dengan kebiasaannya. Jangan
kawin berdasarkan paham cicilan, lalu mengira bahwa kebiasaan-kebiasaan
itu
akan berubah di kemudian hari. Kemungkinan besar itu takkan terjadi.
Kalian
harus menerima pasanganmu sebagaimana adanya beserta segala kebiasaan
dan
kekurangannya. Pertanyaannya: "Apakah kita hanya saling mencintai atau
juga
saling menyukai?"

Kelima, Ujian pertengkaran.


Bilamana sepasang muda mudi datang mengatakan ingin kawin, saya selalu
menanyakan mereka, apakah mereka pernah sesekali benar-benar bertengkar
-
tidak hanya berupa perbedaan pendapat yang kecil, tetapi benar-benar
bagaikan berperang. Seringkali mereka menjawab, "Ah, belum pernah,
kami saling mencintai." Saya katakan kepada mereka, "Bertengkarlah
dahulu -
barulah akan kukawinkan kalian." Persoalannya tentulah, bukan
pertengkarannya, tapi kesanggupan untuk saling berdamai lagi. Kemampuan
ini mesti dilatih dan diuji sebelum kawin. Bukan seks, tapi batu ujian
pertengkaranlah yang merupakan pengalaman yang "dibutuhkan" sebelum
kawin.
Pertanyaannya: "Bisakah kita saling memaafkan dan saling mengalah?"

Keenam, Ujian waktu.

Sepasang muda mudi datang kepada saya untuk dikawinkan. "Sudah berapa
lama
kalian saling mencintai?" tanya saya. "Sudah tiga, hampir empat
minggu,"

jawab mereka. Ini terlalu singkat. Menurut saya minimum satu tahun
bolehlah. Dua tahun lebih baik lagi. Ada baiknya untuk saling bertemu,
bukan saja pada hari-hari libur atau hari minggu dengan berpakaian
rapih,
tapi juga pada saat bekerja di dalam hidup sehari-hari, waktu belum
rapi,
atau cukur, masih mengenakan kaos oblong, belum cuci muka, rambut masih
awut-awutan, dalam suasana yang tegang atau berbahaya. Ada suatu
peribahasa
kuno, "Jangan kawin sebelum mengalami musim panas dan musim dingin
bersama
dengan pasanganmu." Sekiranya kalian ragu-ragu tentang perasaan
cintamu,

sang waktu akan memberi kepastian. Tanyakan: "Apakah cinta kita telah
melewati musim panas dan musim dingin? Sudah cukup lamakah kita saling
mengenal?"

Dan izinkan saya memberikan suatu kesimpulan yang gamblang. Seks bukan
batu
ujian bagi cinta. "Jika sepasang muda mudi ingin punya hubungan seksual
untuk mengetahui apakah mereka saling mencintai, perlu ditanyakan pada
mereka, "Demikian kecilnya cinta kalian?" Jika kedua-duanya berpikir,
"Nanti malam kita mesti melakukan seks - kalau tidak pasanganku akan
mengira bahwa aku tidak mencintai dia atau bahwa dia tidak mencintai
aku,"
maka rasa takut akan kemungkinan gagal sudah cukup menghalau
keberhasilan
percobaan itu. Seks bukan suatu batu ujian bagi cinta, sebab seks akan
musnah saat diuji. Cobalah adakan observasi atas diri saudara sendiri
pada
waktu saudara pergi tidur. Saudara mengobservasi diri sendiri, kemudian
tidak bisa tidur. Atau saudara tidur, kemudian tidak lagi bisa
mengobservasi diri sendiri. Sama benar halnya dengan seks sebagai suatu
batu ujian untuk cinta. Saudara menguji, sesudah itu tidak lagi mau
mencintai. Atau saudara mencintai, kemudian tidak menguji. Untuk
kepentingan cinta itu sendiri, cinta perlu mengekang menyatakan dirinya
secara jasmaniah sampai bisa dimasukkan ke dalam dinamika segitiga
perkawinan.

Beda antara Suka, Cinta dan Sayang

Dihadapan orang yang kau cintai,
musim dingin berubah menjadi musim semi yang indah
Dihadapan orang yang kau sukai,
musim dingin tetap saja musim dingin hanya
suasananya lebih indah sedikit

Dihadapan orang yang kau cintai,
jantungmu tiba tiba berdebar lebih cepat
Dihadapan orang yang kau sukai,
kau hanya merasa senang dan gembira saja

Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau cintai, matamu berkaca-kaca
Apabila engkau melihat kepada mata orang yang
kau sukai, engkau hanya tersenyum saja

Dihadapan orang yang kau cintai,
kata kata yang keluar berasal dari perasaan yang terdalam
Dihadapan orang yang kau sukai,
kata kata hanya keluar dari pikiran saja

Jika orang yang kau cintai menangis,
engkaupun akan ikut menangis disisinya
Jika orang yang kau sukai menangis,
engkau hanya menghibur saja

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan
rasa suka dimulai dari telinga
Jadi jika kau mau berhenti menyukai seseorang,
cukup dengan menutup telinga.
Tapi apabila kau mencoba menutup matamu dari
orang yang kau cintai, cinta itu berubah menjadi
tetesan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam
jarak waktu yang cukup lama.

"Tetapi selain rasa suka dan rasa cinta... ada
perasaan yang lebih mendalam.
Yaitu rasa sayang.... rasa yang tidak hilang
secepat rasa cinta. Rasa yang tidak mudah berubah.
Perasaan yang dapat membuatmu berkorban untuk
orang yang kamu sayangi. Mau menderita demi
kebahagiaan orang yang kamu sayangi.

Cinta ingin memiliki. Tetapi Sayang hanya ingin
melihat orang yang disayanginya bahagia..
walaupun harus kehilangan.

Tatapan Penuh Cinta

Pernahkah anda menatap orang-orang terdekat anda saat ia sedang
tidur?

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur.
Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur
dari seseorang.

Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun
bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur.
Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak
wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur.
Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua
dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya,
betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya.
Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita,
anak-anaknya. Orang inilah, rela melakukan apa saja asal perut kita
kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda.
Hmm...kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-
belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras.
Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita.
Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita
semata-mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya,
itu sering kita salah artikan.

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu...
Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat,
Semuanya...

Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya.
Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah
lugu yang terlelap itu.

Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa
banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang-orang itu untuk
kebahagiaan anda.

Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang
entah kenapa selau saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi
melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur.

Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan.
Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya.

Tanpa kata, tanpa suara dia berkata... "betapa lelahnya aku hari ini".
Dan penyebab lelah itu? Untuk siapa dia berlelah- lelah? Tak lain
adalah kita.

Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras
mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan
sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

Resapilah kenangan-kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi
dengan menatap wajah-wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan
dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua.

Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-
orang terkasih itu" tak lagi membuka matanya, selamanya ...