Pada saat sebelum nikah dunia ini hanya milik kita berdua. Cintaku
dan cintamu yang tulus bak semangkok bakso dengan bihun dengan kuah
bening, tanpa bawang goreng, tanpa sambel, tanpa tauge, tanpa cuka
dsb-nya, tetapi setelah nikah menjadi satu periuk, ternyata tidak
berlaku lagi satu piring seindah impian. Disitulah muncul "The Other
Woman" yang hingga saat ini selalu berada dibelakang layar dan
jarang tampil.
Tadinya si Dia itu hanya merupakan bayangan yang samar-samar saja,
tetapi akhirnya timbul menjadi kenyataan seperti juga dalam film
J.Lo "Monster in Law". Maka dari itu tidaklah heran apabila di dalam
sinetron Jepang, Korea, ibu mertua yang judes membully menantu masih
menjadi tema abadi.
Problem utama dari pertikaian antara mertua dan mantu itu selalu
sama; dimana mereka mengasihi pria yang sama dan keduanya mengklaim
bahwa pria tersebut sebagai miliknya.
Sang Mertua mengklaim bahwa ia adalah anaku yang telah kubesarkan
selama puluhan tahun, apakah akan kuserahkan/percayak an secara
begitu saja dalam sehari kepada perempuan yang tidak kukenal. Sang
Istri mengklaim bahwa ia adalah suamiku dan sejak hari perkawinan ia
adalah sah miliku 100%, dimana saya tidak bersedia untuk
membagikannya lagi dengan siapapun juga.
Maka tidaklah heran kalau kita sering mendengar curhat dimana
seorang istri mengutarakan, bahwa suaminya itu OK berat, tapi mana
tahan dengan ibunya. Begitupun kebalikannya, bahwa anaknya itu OK
berat hanya sayang ia telah memilih istri yang salah. Saya mengalah
bahkan merestui perkawinan putera saya dengan cewek itu, hanya demi
kebahagiaan putera saya, selain dari itu No-Way !
Keluhan dari sang Mertua pada umumnya, ia merasakan bahwa atensi
maupun kasih sayang dari puteranya jauh berkurang sejak ia menikah.
Bahkan agar anaknya mau datang kerbujung pun harus ngemis dahulu.
Kebalikannya sang istri merasa bahwa suaminya jauh lebih banyak
memberikan atensi maupun kasih sayang kepada ibunya daripada kepada
dia. Masa sih setiap hari Minggu/Libur harus melakukan kunjungan
wajib kerumah mertua, kapan suamiku ada waktu hanya untuk saya dan
anak-anak saja ? Hal inilah yang menjadi tema pokok kebanyakan
perceraian pada awal pernikahan mereka.
Disisi lain Sang Suami, merasa terjepit disatu pihak ia ingin selalu
membahagiakan istrinya, dilain pihak ia tidak ingin menyakiti ibu
kandungnya. Kepada kedua perempuan itu ia memiliki tanggung jawab
dan juga mengasihinya, tetapi keputusan apa yang harus diambil pada
saat ia harus memilih, sang ibu ataukah sang istri?
Harus diakui pada saat sebelum kawin, sang gadis memperhatikan
kebutuhan sang Mertua dan juga tidak pernah lupa memberi kado.
Bahkan pada saat pertemuan pertama pun hatinya tegang dan deg-
degan; "Apakah dandanan saya tidak terlalu menor, apakah saya
berlaku cukup sopan?" Hanya dengan satu tujuan saja ialah mencari
hati dari sang Ibu Mertua, tetapi setelah berhasil menggaet
puteranya, boro-boro ngasih kado, berkujung setahun sekali saja
kalau tidak terpaksa ogah !
Mrs Deborah Merrill - Guru Besar dari Clark University; pengarang
buku "Mother-In-Law and Daughters-In- Law. Understanding the
relationship and what makes them Friends for Foe" menyatakan
bahwa "Pertemuan Pertama" antara Mertua dan Mantu adalah saat yang
terpenting untuk menentukan hubungan berikutnya bagi mereka berdua.
Kesimpulan ini ia dapatkan setelah mengadakan penelitian dari jajak
pendapat terhadap ratusan pasangan yang telah menikah bertahun-
tahun. Bahkan salah seorang responden menyatakan bahwa ia sering
bermimpi ketika membunuh Ibu Mertuanya.
Setelah puteranya menikah, banyak ibu mertua merasakan seakan-akan
ia dikucilkan dari puteranya, ia tidak merasa terlibat lagi di dalam
keluarga puteranya. Ia hanya sekedar penonton dari luar, tetapi
kebalikannya pada saat sang putera butuh baby sitter, bantuan
materi, baru ia tahu no telpon ibunya.
Apakah hubungan antara mantu dan mertua itu harus selalu buruk ?
Tidak sebab kenyataannya lebih dari 50% responden menyatakan bahwa
mereka memiliki hubungan yang baik antar mertua dan mantu.
Hubungan antara mertua dan mantu akan bisa menjadi baik, apabila
sang mertua dapat menerima kenyataan bahwa puteranya itu sekarang
bukan anak kecil lagi yang harus selalu diperhatikan dan diutamakan
terus-menerus. Berilah kesempatan dan kepercayaan kepada istrinya,
bahwa istrinya pun dapat mengurus dan memberikan kasih sayang yang
sama besarnya seperti yang diberikan oleh dia. Berikanlah kebebasan
kepada putera Anda untuk menentukan sendiri, kapan ia mau menelpon
ataupun datang berkujung.
Kesalahan dari kebanyakan mertua, ialah terlalu kritis, terhadap
mantunya, misalnya karena tidak pandai masak, atau tidak bisa
mengurus anak, ataupun tidak bisa mengurus kebersihan rumah.
Walaupun rumah mantu anda tidak sebersih rumah anda, tetapi itu
adalah rumahnya. Kesalahan yang paling fatal dari seorang Ibu Mertu
apabila masih menyimpan kenang-kenganan ataupun foto dari gadis
mantan kekasih puteranya yang dahulu.
Aneh tapi nyata hubungan antara mantu laki dengan ibu mertua pada
umumnya jauh lebih baik daripada hubungan antara mantu perempuan dan
ibu mertua, maka dari itu tidaklah heran apabila kebanyakan mertua
perempuan merasa iri, karena puteranya lebih sering berkujung
kerumah mertuanya daripada kerumah ibu kandungnya sendiri.
Maka dari itu berbahagialah mereka yang mendapatkan mantu lelaki,
sebab secara tidak langsung; selain anda memiliki seorang putri;
anda juga telah mendapatkan tambahan seorang putera, tetapi
kebalikannya bagi mereka memiliki mantu perempuan, mereka akan
merasa kehilangan seorang putera. Ia merasa seakan-akan puteranya
itu telah direbut oleh perempuan lain.
Mungkin hanya Adam dan Hawa saja yang tidak pernah mengalami masalah
dengan Mertua.
Rabu, 09 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar