Kamis, 03 April 2008

i HAve tO Let Him GO

Untuk beberapa saat aku mempercayainya. Aku berjanji tak akan pernah melukainya seperti orang lain dan tak akan pernah meninggalkannya,tak akan pernah berhenti mencintainya. Aku akan menjadi keluarganya, orang yang dibutuhkannya pada saat2 baik dan buruk, orang yang memeluknya ketika ia sakit, dan menyorakinya pada saat olahraga. Kupikir kalau aku memeluknya cukup erat,rasa sakitnya akan hilang.

Dalam 4 bulan ini hubungan kami seperti roller coaster. Kadang ia pemuda paling bahagia yang aku kenal---tertawa, bercanda, tersenyum, dan berciuman. Aku selalu tahu kalau ia bahagia dari matanya. Sebening kristal dan hitam, matanya tak berisi kebohongan. Jika ia sedang bahagia matanya berkilauan. Tapi jika sedih, matanya lebih menyerupai coklat drpd hitam. Pada hari2 sedihnya itu, ia tidak bercanda. Kalau aku coba menghiburnya dengan ciuman, ia akan menolak. Ia tidak mengizinkanku menyentuhnya. Aku tak bisa menunjukkan betapa besar cintaku padanya. Ketika sedang sakit hati, yang ia tahu hanyalah melampiaskan sakit hatinya pada mereka yang tak layak mendapatkannya. Ia mengucapkan hal2 yang di ketahuinya kejam, dan meminta maaf keesokan harinya. Lingkaran itu tak pernah berakhir---kekejammanya, permintaan maafnya. Tapi aku tahu mengapa

Meski mencintainya, aku tak dapat menghapus rasa sakitnya. Hal itu berakar dari peristiwa2 yang terjadi jauh sebelum aku mengenalnya. Tak lama kemudian aku sadar cintaku tidak bisa menimbangi luka batinya. Meski menyakitkan, aku sadar aku tak dapat menolongnya. AKU HARUS MELEPASKANNYA.

Pada malam ketika aku memberitahunya bahwa hal itu tak bisa berlanjut, airmataku terasa lebih menyengat dari sebelumnya. Ia sekarang akan harus menghadapi ketakutannya yang terburuk---seorang diri melawan iblis dalam dirinya. Ia berpikir kalau aku telah menipunya, bahwa aku berbohong kepadanya ketika membisikkan kata selamanya. Tapi aku tidak berbohong kpd siapapun kecuali kpd diriku sendiri, karena tadinya aku yakin yang ia butuhkan hanyalah cintaku. Sekarang cintaku hanya menimbulkan rasa sakit.

Ia telah membangun sebuah dunia yang terpisah, di mana ia dan aku hidup. Selama beberapa saat rasanya menyenangkan memimpikan sebuah tempat yang penuh kebahagiaan, sebuah taman Eden mistis hanya untuk kami berdua. Tapi tak lam kemudian, aku tahu dinding2nya akan runtuh jika ia terus-menerus hanya mengandalkan aku. Jauh di lubuk hatiku aku tahu situasi ini tidak sehat bagi kami berdua. Aku tak sangup lagi mempertahankan hubungan kami dan khayalan ini.

Kemarin aku sadar bahwa cinta yang sempurna sekalipun tak bisa melindungi seseorang dari dirinya sendiri. Dan kadang hal terbaik yang bisa kau lakukan untuk seseorang yang kaucintai adalah melepaskannya.

Aku masih menyayanginya tapi dalam cara yang berbeda, SEKARANG KAMI BerTEMAN. Rasanya jauh lebih baik dan aku yakin telah memilih keputusan yang tepat.

Tidak ada komentar: