Jumat, 29 Februari 2008

nggak pernah cukup

Kadang aku tahu harus mengucapkan apa,

Berterima kasih atas semua yang kamu lakukan,

Tapi lalu semua kata terbang entah kemana,

Secepatnya datang keribaan,

Bagaimana aku bisa cukup berterima kasih,

Pada orang yang membuat hidupku lengkap,

Pada orang yang memberikan anugrah,

Yang membuat jiwaku terbentuk mantap,

Orang yang menyelimutiku tiap malam,

Orang yang menghentikan tangisanku,

Orang yang sangat ahi dalam,

Menelanjangi semua kebohonganku,

Orang yang mengantarku ke sekolah,

Dan melewatkan hari-hari sepi seorang diri,

Namun dengan ajaib tersenyum cerah,

Saat aku pulang sore hari,

Orang yang bersedia berkorban,

Untuk selalu mendahulukan aku,

Yang membiarkanku menguji sayap patahku,

Meski menyakitkan bagimu,

Yang mewarnai dunia bak pelangi,

Saat dipenuhi kegagalan mimpi,

Yang dengan terang menjelaskan lagi,

Saat kenyataan terbagi,

Adakah kata-kata yang tepat,

Bagiku pertanyaan ini tidak mudah………..

Apa pun yang ingin kukatakan- sangat sarat,

Terasa tak pernah sudah,

Cara apa yang ada untuk berterima kasih,

Bagi hatimu, keringatmu, air matamu,

Bagi sepuluh ribu hal kecil,

Bagi oh… tak terhitung banyaknya usiamu,

Bagi kerelaanmu berubah bersamaku

Menerima semua kelemahanku,

Tidak mencintaiku karna terpaksa,

Tetapi mencintai “Hanya Karena”

Karena tak pernah putus asa padaku,

Walau sudah kehilangan akalmu,

Karena selalu bangga padaku,

Karena menjadi sahabatku,

Dan karena itu aku sadar,

Satu-satunya cara mengatakan,

Satu-satunya terima kasih yang bukan sekedar,

Hanya jelas dalam satu ungkapan,

Tataplah aku didepanmu,

Lihat aku telah menjadi apa,

Apa kau lihat dirimu dalam diriku?

Tugas apa yang telah kau lakukan?

Semua harapan dan mimpimu,

Kekuatan yang tak terlihat oleh siapapun,

Peralihan selama bertahun-tahun,

Yang terbaik darimu ada dalam diriku,

Terima kasih atas semua anugrahmu,

Untuk semua yang kau lakukan,

Terima kasih Ibu,

Terutama karena membuat mimpi menjadi kenyataan

Tidak ada komentar: